Berbagai kebijakan Trump,
khususnya di bidang ekonomi dan politik, akan berdampak bagi negara-negara di
dunia, termasuk Indonesia, baik secara langsung maupun tidak.
1.
Nasib perjanjian dagang trans pasifik, atau yang
dikenal dengan Trans-Pacific Partnership (TPP), yang selama ini didorong oleh presiden Barack
Obama, menjadi tidak jelas karena di banyak kesempatan Trump mengganggap
pernjanjian dagang tersebut justru merugikan kepentingan ekonomi Amerika
Serikat.
Saat
ini mungkin bisa dibilang posisi Indonesia diuntungkan karena belum menandatangani perjanjian dagang TPP
tersebut, yang sesungguhnya didesain untuk menyaingi
pengaruh dagang Tiongkok di kawasan Pasifik
2.
Trump mengancam akan meningkatkan tarif impor
untuk produk-produk asal Tiongkok dan negara-negara lainnya.
Hal tersebut cukup mengkhawatirkan bagi perekonomian
Indonesia karena Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat bahwa Amerika Serikat merupakan tujuan utama ekspor non-migas Indonesia.
Sepanjang 2016, misalnya, mulai dari Januari hingga Agustus, transaksi ekspor non-migas Indonesia ke Amerika
Serikat lebih dari AS$10 miliar
—jumlah ini terbesar dibandingkan negara-negara tujuan ekspor lainnya.
Indonesia menikmati surplus perdagangan yang cukup
signifikan dengan Amerika Serikat.
Di periode yang sama, nilai impor Amerika Serikat ke Indonesia hanya sekitar $4,7 miliar, jauh di bawah
impor Tiongkok yang mencapai sekitar $19,4 miliar.
Artinya, apabila Trump benar-benar menerapkan sistem
perdagangan yang cenderung tertutup,
melalui peningkatan pajak impor, misalnya, maka hal tersebut bisa jadi berpengaruh terhadap
barang-barang yang diekspor oleh Indonesia.
3.
Kemenangan Donald Trump sebagai
Presiden Amerika Serikat direspons negatif oleh pasar finansial, termasuk
Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah melemah,
berbarengan dengan pelemahan indeks saham di berbagai negara di dunia. Pasar
syok karena kemenangan Trump di luar perkiraan.
Pada perdagangan Rabu (9/11/2016), IHSG ditutup turun 56
poin (-1,03%) ke level 5.414,32
dengan nilai transaksi di pasar reguler sebesar Rp7,7 triliun. Pada penutupan sesi I, IHSG sempat merosot hingga 2
persen, berbarengan dengan indeks Dow Jones berjangka
yang sempat tumbang 800 poin. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah ke Rp13.127.
Bank Indonesia menilai pelemahan rupiah masih terjaga dan
wajar. "Secara keseluruhan
memang berdampak pada pasar keuangan global, tetapi dampaknya terhadap Indonesia relatif terjaga.
Pasar keuangan kita, khususnya pasar valuta asing relatif stabil," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia
Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu.
4.
Optimisme serupa disampaikan Direktur Utama BEI
Tito Sulistio yang menilai bahwa sentimen pemilu presiden Amerika Serikat
yang cenderung negatif IHSG bersifat jangka pendek.
Pasar finansial terkena syok jangka pendek atas
terpilihnya Donald Trump. Secara jangka
panjang, dampaknya memang masih belum bisa diperkirakan. Yang pasti selama ini, Amerika merupakan salah
satu negara yang cukup penting bagi Indonesia.
5.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan
hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) akan tetap baik, terkait
siapapun yang menjadi pilihan rakyat AS sebagai presidennya.
"Hubungan kita tetap akan baik, terutama hubungan
dagang dan investasi. Kita tahu Amerika
termasuk investor lima besar di Indonesia. Saya kira tidak akan ada perubahan," ujar Presiden
Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu.
6.
Dalam hubungan perdagangan dengan AS, Indonesia
mengalami surplus. Pada 2015, surplus perdagangan Indonesia terhadap Amerika
mencapai 8,647 miliar dolar. Angka itu turun dibandingkan surplus pada 2014
sebesar 9,965 miliar dolar.
Amerika juga merupakan negara pemberi utang terbesar
keenam bagi Indonesia. Tercatat
AS mengucurkan pinjaman hingga Rp7,37 triliun kepada Indonesia per September 2016 atau 0,3% dari total
kucuran utang kreditor.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kerja Sama Luar Negeri Shinta Kamdani menjelaskan, volume perdagangan Indonesia dengan Amerika tidak terlalu besar. Sampai saat ini, hubungan kerja sama ekonomi Indonesia dan Amerika lebih bergerak pada bidang investasi seperti infrastruktur, farmasi, dan agrikultur. Selain itu, Indonesia kini sudah tidak lagi memfokuskan perdagangan pada traditional market seperti Amerika dan Eropa sehingga tidak terlalu berdampak.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kerja Sama Luar Negeri Shinta Kamdani menjelaskan, volume perdagangan Indonesia dengan Amerika tidak terlalu besar. Sampai saat ini, hubungan kerja sama ekonomi Indonesia dan Amerika lebih bergerak pada bidang investasi seperti infrastruktur, farmasi, dan agrikultur. Selain itu, Indonesia kini sudah tidak lagi memfokuskan perdagangan pada traditional market seperti Amerika dan Eropa sehingga tidak terlalu berdampak.
7. Dari
Sisi Politik
Indonesia sudah pasti terkena
dampak dalam kemenangan Donald Trump dari sisi politik.
Indonesia yang mayoritas muslim pasti akan bersinggungan dengan rencana kebijakan kampanye Trump yang sempat
menyatakan ingin melarang umat Muslim masuk
ke Amerika.
Pengamat
politik Siti Zuhro mengungkapkan, sikap Donald Trump yang tidak menyukai Timur Tengah dan
negara-negara Islam akan berdampak pada hubungan dengan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar